[Ailopyu Dating Agency] — Baby Em

soljaecruise
2 min readSep 28, 2024

--

Jo Daniel.

Linggar tahu lelaki itu yang sedang berusaha merangkul tubuhnya hati-hati dari belakang. Linggar hafal betul wangi suaminya. Tubuh besarnya menyelinap ke balik selimut, menghimpit punggung Linggar yang kedinginan. Kini rasa hangat mulai menjalar, membuat Linggar merasa nyaman.

Linggar membuka mata perlahan waktu tangan Jo Daniel mengusap-usap pelan perutnya yang besar. Usia kehamilannya yang menginjak 36 minggu mulai membuat Linggar kesulitan bergerak. Maka dengan hati-hati, tangan Linggar menyentuh tangan Jo yang berada di atas perutnya. Ia meminta Jo membantunya membalikkan tubuh agar Linggar bisa melihat wajah suaminya dengan lebih jelas.

“Hmm… Aku ketiduran. Kamu baru pulang?” Meski matanya masih separuh tertutup, Linggar mulai bisa melihat wajah Jo. Rambutnya tampak basah, seperti habis keramas. Ia melihat Jo menggeleng sebelum mendaratkan kecupan-kecupan kecil di bibir Linggar.

“Udah setengah jam lalu. Udah bersih-bersih, biar bisa sayang-sayang dedek.”

Tangan Jo kembali meraba perut Linggar. “Dedek hari ini aktif banget, ya? Bunda sampe keliatan capek banget gitu.”

Pandangan Linggar turun ke arah perutnya. Putranya pasti sedang tertidur. Kalau tidak, mana mungkin ia tak menendang-nendang perut Linggar, seakan ruang di dalam perut ibunya sudah terlalu sempit dan tak sabar ingin menghirup udara dunia.

“Adek tadi siang aktif banget. Pas kamu telepon apalagi, sebelum naik pesawat. Kangen sama Papa kayaknya.”

Jo Daniel tersenyum. Ia lalu menyembunyikan wajahnya pada ceruk antara leher dan pundak istrinya. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Linggar yang sudah ia rindukan selama 3 hari ke belakang. Betapa Jo Daniel benci harus meninggalkan Linggar selama itu untuk sebuah urusan bisnis. Terlebih mendekati hari persalinan Linggar. Jo khawatir, makanya ia hampir tak bisa fokus sepanjang hari. Kalau baterai ponselnya bisa berbicara, mungkin benda itu sudah berteriak karena terus-terusan diisi dayanya. Jo Daniel nyaris melakukan panggilan video sepanjang hari, bahkan ketika rapat berlangsung, ia membiarkan Linggar tetap bersamanya melalui sambungan telepon.

“Bundanya kali yang kangen. Bawa-bawa nama adek,” goda Jo Daniel sambil mendaratkan kecupan-kecupan kecil di leher Linggar. Linggar menggeliat geli sambil tertawa. Tangan Linggar mengusap pipi Jo dengan sayang.

“Bundanya juga kangen,” aku Linggar.

Jo menjauhkan kepalanya agar bisa menatap Linggar. “Maaf ya, Sayang. Janji ini perjalanan dinas terakhir. Habis ini aku kerja dari rumah biar bisa jagain kamu 24 jam.”

Linggar mengangguk seraya tersenyum. Ia mencium bibir Jo lembut sebelum membiarkan Jo menarik selimut kembali menutupi tubuh Linggar. Pria itu kemudian dengan hati-hati memeluk tubuh Linggar, tak membiarkan istrinya menjauh barang sesenti pun.

--

--

No responses yet