[Kembaliannya Mana?] — Bubur Antipenjajah

soljaecruise
3 min readOct 13, 2024

--

Sadam yang sedang memeluk Raya sambil menonton televisi langsung berlari keluar rumah begitu menerima pesan bahwa sang kurir telah sampai. Senyumnya merekah ketika melihat pria bermotor Scoopy telah nangkring di depan pagar rumahnya. Abay langsung menyodorkan makanan pesanan Sadam.

“Tumben nggak bawa pacar lu?” ucap Sadam sambil menerima bungkusan plastik dari Abay.

Sang kurir membalas sewot, “Pacar pacar apa sih!”

Sadam cengengesan, sengaja meledek Abay. Setiap kali melihat Abay, yang diingatnya selalu momen pertama kali mereka bertransaksi sebagai kurir dan pelanggan. Pagi buta itu Sadam hendak memesan makanan untuk sahur. Waktu menjemput makanan pesanannya dari sang kurir, Sadam terkesima melihat ada seorang gadis duduk mengekor di belakang — tertidur. Ia jadi ingat momen-momen masa pacarannya dengan Raya kala itu.

Sadam meraih selembar uang seratus ribuan di saku, menyerahkannya kepada Abay.

“Nih, buat lu. Makasih ye, baek bener dah lu. Gue doain lu cepet jadian sama si neng yang ntu.”

“Kaga danta lu,” sahut Abay sambil menyalakan mesin motor setelah memasukan uang pemberian Sadam ke saku celana. Namun sebelum Abay pergi, Sadam sempat mendengar Abay bergumam, “Aamiin.”

“Hah? Ngomong apaan lu?” tanya Sadam sebelum Abay pergi.

“Ampun, lancar bener rezeki gua hari ini,” kilah Abay gengsi.

Sadam mengangguk-angguk, kemudian lekas masuk ke rumah setelah Abay pergi.

“AYAAANG INI BUBURNYA UDAH SAMPE, ANAK PAPIH NGGAK JADI NGENCES,” seru Sadam girang usai menutup pintu. Ia berjalan sambil berjoget mendekati Raya. Istrinya lantas dibantu menegakkan tubuh usai Sadam menaruh bubur di atas piring.

Tangan Sadam sigap menyuapi makanan ke mulut Raya. Sadam ikut mencicip. Namun baru sesuap saja, mendadak Sadam merasa mual.

“Huek. Bubur apaan nih?” Sadam berlari secepat kilat ke kamar mandi, mengeluarkan isi perutnya. Raya yang kebingungan ikut mengekor di belakang. Ia terheran-heran melihat Sadam berkali-kali menyuarakan rasa mual dengan heboh.

“Kamu masuk angin kali, Yang?” tanya Raya. Sadam melambai-lambai. “Bukan, Yang. Rasa buburnya aneh.”

“Enak ah tadi aku cobain.” Kening Raya mengerut sementara matanya sibuk memperhatikan Sadam mencuci wajah sebelum keluar kamar mandi.

“Jangan-jangan…,” Raya berpikir sejenak, “Kamu kena gejala morning sickness juga??”

Sadam terdiam. “Tapi kan ini udah malem, Yang?”

Raya memutar bola matanya, kembali duduk di sofa untuk menghabiskan bubur yang dibelikan Sadam. “Ya itu kan istilahnya aja, Yang.”

Sadam duduk terkapar lemas di sebelah Raya. Ia menyimak Raya menghabiskan bubur dengan lahap. Wajah Sadam mengernyit heran. “Kok kamu bisa sih makan bubur kayak gitu?”

“Ya, gimana? Anak kamu doyan,” sahut Raya cuek. Buburnya tandas, perutnya kenyang. Raya kembali bergelung dalam pelukan Sadam.

“Apa? Kamu masih laper? Anak aku mau makan apa lagi? Papih Sadam siap beliin,” ucap Sadam, “lewat kurir,” imbuhnya.

Raya terkekeh. “Beneran?” tanya Raya tanpa basa-basi. Sadam mengangguk. “Kamu mau apa aja aku beliin.”

Raya memeluk pinggang Sadam makin erat. “Pengen es krim durian rasa stroberi, Yang,” ucap Raya manja.

Sadam terkesiap. “ASTAGHFIRULLAHALADZIM… Emang ada neng es krim durian rasa stroberi? Istipar, Neng.”

Mulut Raya mencebik. “Tadi katanya mau apa aja dicariin.”

“Ya mana ada, Neng, es krim durian rasa stroberi. Itu yang ada penjualnya didemo. Nipu!”

Raya ngambek. Ia bangkit berdiri sambil melempar bantal sofa kepada suaminya. “Nggak mau bobo sama Ayang kalo belom dibeliin es krim durian rasa stoberi,” ucap Raya kekeuh sambil meninggalkan Sadam. “Kamu tidur di sofa aja!”

“LAH NENGG??”

Sadam buru-buru mengeluarkan ponsel. Ia mencari histori chat Abay dan mengetikkan pesan kepada sang kurir.

BANG CARIIN ES KRIM DURIAN RASA STROBERI

GUE KASIH TIP 200 REBU DAH KAGAK PAPA

YANG PENTING GUA BOLEH TIDUR SAMA BINI GUA LAGI

Namun, Abay hanya merespons, kaga danta lu.

--

--

No responses yet