[Kembaliannya Mana?] — Keluar dari Belenggu

soljaecruise
3 min readSep 7, 2024

--

Sudah lima belas menit Sadam mencari Raya, ke setiap sudut, setiap ruangan, kepada nyaris setiap orang yang ia temui. Setelah mendapat informasi dari Kimi bahwa pacarnya kemungkinan keluar dari lokasi acara resepsi pernikahan, Sadam berjalan setengah berlari ke bagian belakang hotel, menuju kolam renang.

Di sana Sadam melihat Raya duduk sendiri di kursi paling ujung, nyaris tak terlihat karena kebayanya yang berwarna gelap menyaru dengan bayangan tanaman-tanaman tinggi di sekitar kolam. Apalagi, suasananya sedikit remang-remang. Sadam bingung, apa yang sedang Raya lakukan di sana? Perempuan itu hanya duduk sambil melamun memandang kolam, di hari bahagia kakaknya.

Sadam menghampiri Raya. Angin malam yang dingin menyapu kulit wajah Sadam. Ia khawatir Raya akan sakit kalau terlalu lama berada di luar.

“Aku cariin. Kamu ngapain di sini sendirian? Nggak takut kesambet?”

Tangan Sadam terasa hangat di pundak Raya begitu lelaki itu menyentuhnya. Raya sedikit terperanjat. Dilihatnya Sadam berdiri menjulang tepat di sebelahnya, sehingga Raya perlu mendongakkan kepalanya ke belakang untuk bisa melihat wajah Sadam.

“Ayo masuk, Yang. Anginnya kenceng. Nanti kamu enter wind.”

“Hm?” Raya linglung waktu Sadam menarik tubuhnya berdiri.

“Masuk angin. Masa calon anak Columbia nggak paham. Ayo masuk.”

Tangan Raya menahan lengan Sadam sehingga pria itu memutar tubuhnya kembali menatap Raya. Yang ditatap balas menatap Sadam dengan sorot penuh kilatan. Raut wajah Raya keras, membuat Sadam bingung.

“Kenapa, Yang?”

Raya tak menjawab pertanyaan Sadam dengan kata-kata, melainkan dengan sentuhan bibirnya yang menyambar bibir Sadam dengan brutal. Sadam terkejut, berusaha mengimbangi gerak bibir Raya yang semakin lama semakin menuntut. Tangan Sadam memegangi kedua bahu Raya, mencoba menjauhkan perempuan itu. Sadam berusaha melihat keadaan di sekitarnya, khawatir aksi tidak senonoh mereka menjadi bahan tontonan orang lain.

Namun sebelum Sadam sempat memastikan seluruh keadaan aman, Raya sudah kembali melancarkan aksinya, mengeksplorasi bibir Sadam sesuka hatinya seakan menandai bagian itu hanya miliknya seorang. Fck jadi anak baik-baik. Semua cowok sama aja, lemah kalau udah disentuh perempuan. Makanya kamu nggak nolak waktu dicium Gina kan, Sadam?

Tangan Raya menekan tengkuk Sadam agar pria itu merunduk dan menciumnya lebih dalam. Sadam mulai kewalahan mengimbangi ciuman Raya yang jauh dari kata lembut. Liar dan tak kenal belas kasihan. Sadam dibuat ngos-ngosan karena tak diberi kesempatan untuk menarik napas.

Saat tangan Raya merayap turun, membelai leher Sadam menuju pundak juga dadanya, Sadam mulai merasa lengah. Ciuman Raya perlahan melembut, Sadam terbawa suasana. Angin malam tak lagi terasa dingin ketika menerpa wajahnya karena kini tubuh Sadam terasa panas dengan sapuan bibir Raya dan telapak tangan perempuan itu yang tak berhenti bergerak mengusap area pipi ke leher, lalu menjalar kembali ke pundak hingga dadanya.

Namun ketika tangan Raya mulai berusaha membuka kancing beskap Sadam, Sadam buru-buru mencengkram lengan mungil Raya, menahannya. Raya membuka matanya yang semula terpejam. Ia merasa seperti ditarik secara tiba-tiba kembali pada kenyataan. Matanya bertemu mata Sadam yang tampak terkejut dan bingung. Raya bisa melihat dengan jelas, bibir Sadam bengkak akibat perbuatannya.

“Jangan, Yang. Ini acara keluarga kamu.”

Sadam menurunkan tangna Raya ke sisi tubuh perempuan itu. Pandangannya menyapu riasan wajah Raya yang kini berantakan.

Sadam menoleh dengan panik ke belakang, memastikan tidak ada orang yang melihat Raya dalam kondisi acak-acakan seperti ini. Ia pun buru-buru mengusap noda-noda lipstick di sekitar bibir hingga pipi Raya dan merapikan rambut perempuan itu.

“Gimana ini?” tanya Sadam panik. “Kalau kita langsung masuk, ketahuan nanti.”

Sadam melepaskan blangkonnya dan menutupi wajah Raya sebelum menarik perempuan itu ke parkiran, menuju mobilnya. Dalam hati Sadam masih terkejut dan bingung melihat sikap Raya tadi. Untungnya, Sadam masih bisa berpikir rasional. Kalau tidak, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

tbc.

--

--

No responses yet