[Kembaliannya Mana] — Raya Ngigo Apa?

soljaecruise
2 min readAug 21, 2024

--

Paginya saat Raya terbangun, suasana di lantai dua fotokopi Juragan sepi. Raya beranjak keluar kamar dan mengintip melalui jendela. Hujan telah berhenti, meski potensi hujan turun masih ada. Banjir di jalanan juga mulai surut. Di halaman parkir, tampak Sadam, Pepet, dan Tama sedang sibuk membersihkan lumpur dan membuang sisa-sia air yang masuk ke dalam warung.

Perhatian Raya tertuju pada Sadam. Seluruh tubuhnya kuyup. Kaus yang dikenakannya mencetak bentuk tubuh Sadam yang cukup atletis. Raya jadi merasa tak enak sendiri karena sementara para tuan rumah sibuk membereskan kekacauan, ia malah bermalas-malasan dan tidak membantu.

Raya pun lekas turun. Di bawah ia bertemu Sadam yang baru saja masuk dan melepas kausnya untuk diganti dengan yang baru. Raya buru-buru memutar tubuh, memalingkan wajahnya dari pemandangan otot-otot tubuh Sadam.

“Udah bangun dari tadi?” tanya Sadam santai. Pria itu berjalan melewati Raya menuju dapur.

“Belum lama,” jawab Raya masih sambil memandangi lantai.

Tak lama, Sadam muncul kembali, sudah mengenakan kaus baru serta mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.

“Mau sarapan apa? Belum banyak yang jualan. Roti bakar aja nggak apa-apa?”

Raya megangguk. Ia mengikuti Sadam ke dapur, melihat tangan piawai itu mengoleskan margarin dan selai ke roti, lalu memanggangnya di atas wajan. Saat Raya perhatikan, Sadam beberapa kali menguap.

“Lo masih ngantuk, ya? Begadang semalam? Nggak bisa tidur?” tanya Raya cerewet.

Sadam mengangguk. “Begadang nonton bola.”

“Emang semalam listriknya udah nyala?”

Sadam mengangguk sekali lagi. “Udah gitu, ada bayi rewel nggak bisa tidur.”

Kening Raya mengerut bingung. Tatapannya jatuh pada roti panggang di wajan yang nyaris matang.

“Hah? Anaknya siapa? Jangan nakut-nakutin ya, Bang.”

Sadam tertawa melihat wajah kebingungan Raya. Ia mematikan kompor, menaruh roti panggang ke piring, lalu menyusul Raya duduk di meja makan. Setelah itu, Sadam mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan membuka kamera. Benda pipih itu disodorkannya ke depan wajah Raya, sehingga Raya bisa menatap pantulan dirinya sendiri. Melihat rambutnya yang kusut masai, tangan Raya buru-buru menyisir rambut-rambutnya yang keluar jalur.

“Nih, ngaca,” ucap Sadam.

Raya berhenti menyisir rambut. “Gue?” tanyanya bingung. “Kapan gue rewel?”

Sadam terkekeh melihat ekspresi Raya. Ia mencomot salah satu roti bakar dan memakannya. “Bukan cuma rewel, ngigo juga.”

“Ngi — Ngigo apa?” tanya Raya tak percaya.

Sadam lagi-lagi hanya terkekeh, mengingat ocehan Raya semalam, meski tak terlalu jelas di telinganya, tetap membuat Sadam senang. “Ada deh.”

“Ih, rese lo, ya. Bohong, kan?” Telunjuk Raya terarah kepada Sadam sehingga pria itu berhenti mengunyah roti di dalam mulutnya. Sadam menarik napas, menyobek roti di tangannya lalu menjejalkannya ke mulut Raya.

“Bawel. Udah sarapan dulu. Habis ini kita beresin kosan lo.”

Raya mengunyah roti pemberian Sadam sambil menatap pria itu.

Gue ngigo apa, ya? Jangan-jangan ngomong aneh-aneh gue? Apa gue bilang gue naksir dia? Ih, mikir apa sih lo, Raya? Tapi mukanya seneng gitu. Tuh, liat, masih senyum-senyum. MENCURIGAKAN SUMPAH GUE KEPOO.

GUE NGIGO APAA???

tbc.

--

--

Responses (1)