Menghindari Malapetaka

soljaecruise
3 min readJul 27, 2024

--

Mike melirik Linggar usai menaruh ponselnya kembali ke saku celana. Ia berdeham, memohon kekuatan. Berdasarkan hasil suit bersama Galih di-chat tadi, Mike yang harus membuka obrolan bersama sang maharaja Jo Daniel.

“Anu, Pak — ”

“Kamu mau pesen apa, yang?”

Mike mengatupkan bibirnya kembali saat Jo menatap Linggar dengan senyuman lebar, bersikap seperti tidak ada orang lain di antara mereka. Ini juga kali pertama bagi Mike — yang ia yakini juga pertama kalinya buat Galih — mendengar langsung Jo Daniel memanggil Linggar dengan panggilan sayang. “Yang”, “Yang”, “Yang”, kata-kata itu terus menggema di kepala Mike. Antara bingung, heran, geli, takjub, dan ingin muntah.

Mike menarik tubuhnya kembali bersandar pada kursi. Ia dah Galih saling tatap, adu argumen siapa yang harus melanjutkan sesi basa-basi ini dengan gerakan mulut tanpa suara. Ketika perdebatan Mike dan Galih semakin sengit, tangan besar Jo tiba-tiba saja menggeser buku menu ke hadapan keduanya.

“Nggak usah bisik-bisik. Saya tau kalian lagi ngomongin saya.”

Bibir Mike dan Galih otomatis terlipat ke dalam. Mike menelan ludah melirik Linggar yang kini menatap mereka dengan mulut sedikit terbuka. Asumsi Mike, Linggar pun tak menyangka kalau Jo Daniel akan bicara blak-blakan seawal ini.

“Ngomong aja, nggak perlu sungkan. Saya nggak akan marah,” tambah Jo yang justru membuat Mike dan Galih semakin ingin menutup mulut rapat-rapat. “Teman Linggar, teman saya juga.”

Linggar melirik Jo yang kini sedang tersenyum menatapnya, lalu ganti melirik Mike dan Galih bergiliran. Ia teringat hari di mana Mike menyebut nama bos mereka tersebut tanpa embel-embel “Pak”. Si Jo, ralat Mike. Biar Akrab. Nanti juga jadi teman nongkrong kita kalau udah jadi pacar Kak Linggar.

Linggar ingin tertawa kalau mengingat pesan Mike yang penuh rasa percaya diri tersebut. Mike mungkin berubah pikiran dan menyesal sekarang.

“Kalian nggak mau pesan?” kini giliran Linggar yang berusaha mencairkan suasana.

Galih buru-buru meraih buku menu dan berdiskusi dengan Mike mengenai makanan yang ingin mereka pesan. Di mata Linggar, keduanya justru seperti sedang main tarung telunjuk ketimbang melihat-lihat menu.

“Linggar udah bilang ke saya,” Jo kembali bersuara. Ia menoleh menatap Mike dengan senyum yang tak bisa Mike artikan. Takut salah kaprah. “Katanya kamu mau jadi best man di pernikahan saya?”

Mike melirik Linggar — yang sedang tersenyum seraya menaik-naikkan kedua alisnya seakan telah menjadi pahlawan penolong bagi Mike — dan Galih berurutan sebelum kembali menatap Jo.

“Bo — boleh, Pak?”

Jo mengulurkan tangannya kepada Mike. Masih memamerkan senyum yang menurut Mike sangat patut dicurigai. “Selamat bergabung.”

Mike menyambut uluran tangan Jo dan menjabatnya sambil tersenyum senang. Galih pun sama. Ia merasa lega karena akhirnya impian Mike terkabul. Namun, senyum di wajah Galih tak bertahan lama saat Jo mengalihkan uluran tangan pria tersebut kepadanya.

“Kamu juga teman Linggar, jadi kamu juga boleh jadi best man saya.”

Galih menatap Linggar dan Mike — yang kini sedang menertawakannya, seakan berkata “EMANG ENAKK”.

Meski dalam hati ingin menolak, akhirnya Galih menjabat tangan Jo. “Dengan senang hati, Pak.”

Jo kembali memosisikan tubuhnya menatap Linggar. “Sekarang kamu nggak bisa macam-macam. Aku punya banyak cctv.”

Mike dan Galih kembali bertatapan sambil menelan ludah berat.

****

--

--

No responses yet