[Ready, Set, Love!] — Balas Dendam

soljaecruise
3 min readSep 28, 2024

--

“Lo puasa ya, Kak? Kok, nggak makan?”

Teza mendelik melihat Karel yang sedang menyantap makanannya dengan semangat. Bocah itu duduk sambil menikmati suasana kafe milik kakak sepupunya. Ada ruangan private di lantai paling atas yang memang sering dijadikan tempat nongkrong para figur publik. Itu yang membuat Teza bisa membawa Karel dengan leluasa ke sini.

Karel kelaparan. Ia habis membuat pertunjukan spektakuler di acara demo masak sekolah. Karel yang sama sekali tak memiliki bakat dan bekal pengetahuan tentang memasak tadi dengan sadarnya melemparkan ayam berbalut bumbu kuning basah ke dalam minyak mendidih. Ia melompat kabur waktu penggrorengan meletup-letup dahsyat, menghasilkan cipratan-cipratan minyak yang membuat seluruh kelas berteriak panik dan heboh. Tak lama berselang, suara sirene penanda kebakaran berbunyi. Demo masak bubar seketika.

Tepat saat itu, Karel memanfaatkan momen tersebut untuk kabur dari sekolah. Sayangnya, Karel keburu tertangkap basah oleh tunangannya sendiri yang sudah ia abaikan selama lebih dari seminggu.

Sekarang tunangannya itu tampak jelas menaruh dendam kepada Karel. Berkali-kali Karel mendapati tatapan tajam Teza tertuju kepadanya.

“Masih bisa lo makan dengan nyaman setelah bikin ribut se-Indonesia Raya?” Karel nyengir lebar. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya dari Teza.

“Kenapa chat gue gak dibales?”

“Males. Takut diomelin.”

“Diomelin kenapa? Lo bikin ulah lagi?” Teza menatap Karel bingung.

“Bukan lo yang ngomelin. Fans-fans lo. Udah gue bilang, fans lo serem.”

Teza tertawa meringis. “Lo lebih takut sama fans gue daripada gue sendiri?” Karel mengangguk cepat. “Kenapa?” Kening Teza berkerut penasaran.

“Lo nggak nyeremin. Cuma nybelin. Kalo fans lo baru nyeremin.”

Karel kembali mengangkat garpunya dengan santai, menyantap spaghetti berbalut saus carbonara yang menjadi menu favoritnya setelah kue tiramisu di kafe Tora. Membiarkan Teza merasa bingung memahami perkataan gadis itu barusan. Baru kali ini, sungguh baru kali ini ada orang yang sepertinya sama sekali tidak takut melihat amarah Teza. Dan siapa sangka orang itu adalah bocah kecil bermental baja seperti Karel?

“Fans gue mana tau lo ngechat gue apa nggak. Alesan aja. Lo sengaja kan ngehindarin gue? Kenapa? Malu?” Teza terus-terusan menyerang Karel. Ia bahkan sengaja memajukan kursinya agar bisa menatap Karel lebih dekat, membuat gadis itu menciut mundur.

“Cerewet banget sih, nanya terus panjang-panjang kayak kereta api!” Karel meraih salah satu roti kering di atas meja dan buru-buru menyumpal mulut Teza sebelum lelaki itu sempat kembali buka suara. “Nih, lo makan biar gak berisik.”

Karel sengaja meledek Teza dengan gerakan bibirnya ketika pria itu kembali mengoceh tak jelas karena mulutnya tersumpal roti. Buru-buru Teza menghabiskan roti di mulutnya dengan susah payah sebelum mengambil alih garpu milik Karel dan menyuap banyak-banyak spaghetti di piring Karel ke mulutnya. Karel mengomel kesal melihat jatah makanannya dicuri begitu saja.

“KAK TEDI LO NYEBELIN BANGET SUMPAH!”

Teza tak peduli, ia balas meledek Karel dengan gerakan bibir menyebalkan yang sama. Teza tertawa puas melihat bibir Karel melengkung ke bawah. Jarak kedua matanya juga merapat karena kerutan kesal di kening Karel. Teza bisa melihat rahang Karel bergerak-gerak gelisah, membuat Teza dihujani rasa puas akan kemenangan setelah berhasil membalaskan dendam kepada bocah itu. Sayangnya, semua perasaan itu tak bertahan lama, sirna ketika Teza melihat Karel mulai terisak sesenggukan.

Mata Karel terpejam, air mata terjun dari sana satu per satu. Bibir Karel yang mencebik ke bawah separuh terbuka, mengeluarkan tangisan separuh rengekan yang mengganggu telinga. Teza mendadak panik.

“Loh, Bokem? Kok jadi nangis?”

“GUE LAPER BANGET TAPI LO NGABISIN MAKANAN KESUKAAN GUE. LO NGGAK TAU APA TENAGA GUE ABIS GARA-GARA DIKEJAR SI SANTO DARI PAGI SAMPE SIANG. HUE….”

Teza bangkit dari kursinya. Ia mengitari meja, buru-buru pindah posisi duduk di sebelah Karel. Karena bingung, awalnya tangan Teza hanya bergerak-gerak mengipasi Karel supaya gadis itu tenang, tapi sama sekali tidak berpengaruh. Karel masih merengek. Tangisannya malah makin kencang.

Takut suara tangis Karel didengar oleh para pengunjung di bawah, atau lebih parah lagi kakak sepupunya, Teza akhirnya memeluk Karel. Menempelkan wajah gadis itu tepat di dadanya sehingga suara tangisan Karel teredam.

“Iya, iya. Maaf, ya. Ini dipesenin lagi. Udah, jangan nagis lagi, ya. Malu udah gede,” ucap Teza sambil terus-terusan mengusap lengan dan punggung Karel.

tbc.

--

--

No responses yet