[Ready, Set, Love!] — FantasTEZ Monster
Para penggemar Teza Arkana mungkin tidak tahu sisi tempramen artis pujaan mereka. The FantasTEZ — sebutan klub penggemar Teza — hanya tahu aktor kesayangan mereka adalah sosok yang lembut, murah senyum, friendly dan humble, tipikal nation’s boyfriend dan media darling.
Mereka tidak tahu, sosok Teza bisa berubah mengerikan bila sedang marah. Apalagi setelah membaca kolom wawancara ayahnya dengan media pagi ini yang membuat agensinya kelabakan menjawab ratusan telepon sejak berita itu menjadi topik pencarian utama. “Teza Arkana, Our Chemistry King, Will Get Married Soon?”
Teza meremas ujung koran yang direntangkannya lebar-lebar. Bibirnya bergetar karena amarah, gigi-giginya saling beradu. Kalau matanya bisa mengeluarkan laser, Teza bukan saja sudah membolongi seluruh koran gosip tentang dirinya yang tertumpuk di meja, tetapi juga menghancurkan gedung DWEnt. — agensinya.
Teza melempar koran di tangannya ke sembarang tempat lalu tertawa mengerikan. “HAHAHA….” Tatapannya berkelana mencari Dodo — manajernya — yang bersembunyi di balik sofa saking ketakutannya. Dalam bayangan Teza, gedung ini akan segera hancur kalau gosip ini tidak segera lenyap.
“DODOOO… KELUAR LO CEPAT!” Teza berdiri. Dengan tubuhnya yang tinggi, tak sulit melihat posisi Dodo yang sedang meringkuk di lantai. Mendengar teriakan Teza barusan, Dodo merasa lantai di bawah kaki dan telapak tangannya seakan bergetar. Teza melangkah lebar-lebar hingga ia berdiri tepat di samping manajernya.
“KENAPA ARTIKEL OMONG KOSONG KAYAK GINI BISA MUNCUL? KE MANA TIM HUMAS KITA? LAGI CUTI BERJAMAAH KAH? NGGAK BISA KERJA YANG BENAR, HAH?”
Dodo buru-buru berdiri. Meski tingginya kalah telak dari Teza — hanya sekitar setinggi hidungnya — Dodo mencoba mengumpulkan keberanian menatap Teza sebelum artisnya tersebut makin mengamuk.
“Do — Dodo… udah coba konfirmasi. I — itu… wawancara inisiatif Om Ian sendiri, Bang. Lo… udah coba hubungin Om Ian?”
Teza mengembuskan napas kesal dan melempar pandangan ke pintu. Harusnya dia tahu, ayahnya nggak main-main soal ancaman perjodohan yang dibicarakan dua minggu lalu. “Muka gantengmu itu lama-lama juga bakal expired! Lebih baik cepat menikah. Papa sudah siapkan jodoh buat kamu!” Teza tahu ayahnya itu sosok yang tegas, tapi tidak tahu kalau Yang Mulia Ian — sebutan Teza untuk sang ayah — akan senekat ini.
Teza mengusap wajahnya frustrasi. Ia melewati Dodo tanpa memedulikannya lagi. “Gue mau pulang. Cepat beresin gosip ini. Kalau perlu, bilang Om Ben gelontorin uang yang banyak buat nutup mulut media. Kalau nggak…” Teza berbalik, menatap ruang kerja Benjamin — Direktur agensinya dengan cepat dan tersenyum sinis melihat deretan piala penghargaan atas nama dirinya dan DWEnt. di lemari kaca. “DWEnt. hanya akan tinggal nama.”
Teza membanting pintu, menyisakan suasana sunyi penuh ketegangan untuk Dodo. Teza Arkana — orang gila itu. Kalau bukan karena talentanya yang luar biasa yang mendatangkan banyak uang ke perusahaan, Dodo sudah pasti mengajukan surat pengunduran diri sejak lima tahun lalu. Dengan banyaknya bonus yang mengalir ke rekeningnya, Dodo akhirnya rela menjadi samsak bagi Teza.
Dodo menatap pintu kayu besar di depannya termenung. Sebelum otaknya sempat memroses hal-hal yang harus ia kerjakan dengan segera, pintu itu kembali terbuka, menampilkan sosok Teza yang berdiri di ambing pintu sambil menunjuk Dodo dengan galak.
“Lo, hubungin manajer si bokem itu.”
“Bo — Bokem siapa, Bang?”
“Si Karel-Karel siapalah itu. Lo hubungin manajernya. Minta ketemu. Gue perlu ngomong langsung.”
“I — Iya, Bang.”
Pintu terbanting kembali. Kali ini sepertinya sosok Teza benar-benar pergi karena setelah sepuluh menit menunggu — dengan tubuh lemas — Dodo tak lagi menemukan wajah garang Teza di ruangan Direktur DWEnt. Tubuh Dodo terkapar di lantai. Ia bersumpah akan segera menyiapkan surat pengunduran diri. Sumpah yang Dodo tahu sia-sia karena meski sudah ratusan kali mengucapkannya, niatan itu tak pernah terealisasi.
— tbc.