[Ready, Set, Love!] — Kecelakaan

soljaecruise
5 min readNov 6, 2024

--

Teza menggenggam tangan istrinya erat ketika Karel menariknya melalui celah-celah di antara manusia yang sedang mengobrol. Beberapa di antara mereka juga menari sambil bernyanyi, melupakan situasi di sekitar mereka yang sesak. Hidung Teza mengernyit mencium bau alkohol semerbak, tidak bisa membayangkan kalau Karel datang ke pesta semacam ini tanpa panduannya. Atau jangan-jangan… memang sudah sering?

Teza harus memastikannya kepada Karel nanti. Tapi melihat gerakan luwes Karel menyapa orang-orang yang dikenalnya sambil melambai ceria membuat Teza waswas. Siap-siap menarik napas panjang penuh rasa sabar mendengar jawaban Karel.

Tak lama Karel berhenti di area dekat dapur. Di sana Teza melihat Sasha — sahabat yang sering Karel ceritakan sejak SMA — sedang membantu menata beberapa éclair ke piring. Di sebelahnya, seorang lelaki berdiri memperhatikan tangan lihai Sasha melakukan tugas menyiapkan makanan untuk para tamu. Wajah Teza berubah masam seketika. Tanpa perlu dikenalkan pun dia tahu siapa sosok lelaki itu. Tristan. Namun Teza pasrah saja waktu Karel menariknya mendekat, mengenalkannya kepada teman-temannya.

“OMAIGAT KAK TEZA!” Sasha berseru heboh. Ia langsung meraih beberapa lembar tisu, mengelap sisa krim di tangannya sebelum menjabat tangan Teza.

“Halo,” sapa Teza ramah seraya membungkuk, ekspresinya berubah datar waktu menyapa Tirstan. “Halo,” ucap Teza singkat, kontras dengan sapaannya kepada Sasha. Namun, Karel sama sekali tak menyadari perubahan nada suara suaminya. Ia malah dengan semangat mengenalkan Tristan kepada Teza.

“Ini Tristan, Kak. Yang sering kakak omelin itu kalau video call sama aku. Tapi tenang aja, semua salam kakak udah aku sampein semua ke Tristan. Iya kan, Tristan?” ucap Karel penuh rasa bangga sementara Trsitan hanya bisa menyeringai kikuk, serba salah di tatap Teza lekat dan tajam.

“Halo, Kak Teza,” sapa Tristan akhirnya. Teza membalas dengan anggukan singkat, jauh dari kata ramah. Sekarang tahu jelas siapa sosok yang sering mengajak istrinya pergi nongkrong atau (mungkin) pergi ke pesta-pesta semacam ini.

“Kak, aku ngefans banget sama Kak Teza dari lama. Aku mau foto bareng, plis Karel, gue pinjem sebentar laki lo.” Karel mengangguk mengiyakan, bahkan membantu Sasha mengambil foto sahabatnya itu bersama sang suami yang memasang pose mengangkat dua jari dan tersenyum lebar. Karel memandang puas hasil foto jepretannya.

“Heheh… yang ini bagus. Yang tadi kepala Kayang kepotong. Habis ketinggian.”

Teza mengacak-acak rambut Karel sebelum merangkul gadis itu.

“Nah, mumpung kalian udah dateng, ayo kita main uno stacko!”

Sebelum sempat Teza mengiyakan, Karel lagi-lagi sudah lebih dulu menarik tangannya. Teza mau tak mau hanya tersenyum pasrah, mengikuti kemauan istrinya sepanjang malam itu.

Ia rela punggungnya ditiban Karel selagi Teza menyusun balok di bagian paling atas menara, sengaja ingin membuat Teza kalah dan mendapat hukuman menyanyi di depan teman-temannya. Teza juga menyerah ketika gilirannya mendapat hukuman, ia bukan hanya diminta menyanyi, tetapi juga berjoget. Wajah Teza merah padam, berusaha menahan malu dan tawa. Tapi tak mengapa, selama ia bisa melihat istrinya tertawa gembira sambil bertepuk tangan menyoraki dirinya yang terlalu kaku. Beda sekali dengan sosok Teza yang ada di atas panggung.

Usai bermain, Karel kembali menarik Teza ke tengah kerumunan orang-orang yang menari. Karel melompat-lompat girang sambil mengalungkan tangannya di leher Teza, memintanya untuk ikut hanyut dalam entakkan musik yang nyaris menulikan dan membuat jantung ikut berdentum keras.

“Kayang… hehe… I love youuu,” teriak Karel di telinga Teza sebelum lanjut tertawa dan larut dalam alunan musik cepat. Teza tersenyum lebar. Semula ia hanya diam sambil memegangi pinggang Karel, memastikan gadis itu tidak akan jatuh, tetapi akhirnya Teza ikut bergerak menemani Karel.

Adrenalin Teza berpacu. Tangannya memeluk pinggang Karel mesra, mendekat ke arahnya sebelum menicum bibir Karel dalam-dalam di tengah keramaian manusia. Kepala Karel terdorong ke belakang. Ia membalas ciuman Teza sama kuatnya seperti sedang menerima transferan energi yang memompa hormon dopamin dan serotonin dalam tubuh gadis mungil itu. Malam ini, mereka hanya akan merayakan rasa bahagia dan mengingat momen ini selamanya dalam memori masing-masing.

Tak jauh dari kerumunan, bersandar pada kusen pintu yang terbuka, Tristan menatap dengan senyum masam. Melihat bagaimana Karel dan Teza tersenyum dan mencium satu sama lain seakan tidak ada orang lain di sekitar mereka membuat Tristan sadar, Karel yang selama ini selalu terlihat kuat ternyata memiliki seseorang — tak tergantikan — yang selalu mendukungnya di belakang. Tristan mengembuskan napas tepat ketika Sasha datang, menepuk pundaknya membuat pria itu menoleh.

“Udah gue bilang berpawang. Lo sih, ngeyel.” Tristan terkekeh sebelum berbalik dan pergi ke lantai dua, tempat di mana orang-orang bisa mengobrol dengan lebih santai.

Paginya, Karel terbangun dengan pandangan berputar. Ia yakin tidak menenggak setetes pun alkohol semalam karena mana mungkin Teza akan membiarkannya? Karel terduduk di kasur dengan mata masih terpejam. Tangannya meraba seluruh permukaan selimut, mencari-cari keberadaan suaminya. Sayangnya, sosok Teza sama sekali tak terlihat berbaring di kasur atau di sudut manapun dalam kamar Karel. Karel mengembuskan napas, memanggil suaminya.

“Kayang….” Matanya mengerjap-ngerjap. Ia meraih ponsel di atas nakas, terkesiap melihat jam menunjukkan nyaris pukul sembilan pagi. Karel memiliki jadwal latihan resital pada pukul sepuluh! Sudah pasti dia bakal telat dan kena marah Prof. Ellijah. Belum lagi suaranya serak sekarang karena kebanyakan berteriak semalam. Benar-benar perpaduan sempurna untuk mendapat omelan dan hukuman.

Karel berlari terbirit-birit ke kamar mandi. Ia lantas masuk tanpa berpikir panjang, tanpa mengira akan ada orang lain di sana. Karel lupa kalau saat ini ia sedang tidak tinggal sendiri. Ada Teza, yang ternyata sedang berdiri di bawah pancuran shower sambil mengusap wajah dan mengibaskan rambutnya.

Karel menganga lebar melihat tubuh atletis Teza terpampang tanpa sehelai benangpun. Rahangnya benar-benar hampir jatuh ke lantai. Tubuhnya membatu dengan tatapan tak lepas dari gerakan tangan Teza yang sedang membasuh dada bidang lelaki itu — dan entah mengapa membuat membuat Karel megap-megap, kesulitan bernapas.

Waktu Teza mematikan kran shower, menemukan wajah syok Karel berdiri di ambang pintu yang terbuka, keduanya berteriak panik.

“AAAA!!”

“KAREL!”

Karel berlari kembali ke kasur, bersembunyi di balik selimut tanpa sempat menutup kembali pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Tubuh Karel meringkuk gemetaran, tak siap menatap Teza setelah ketauan tak sengaja mengintip tubuh telanjang suaminya yang sialnya, sekarang tak mau hilang dari pikiran Karel. Kepalanya terus membayangkan bagaimana…

“Karel.”

Karel merasakan sisi kasur di sebelah kanannya bergerak. Beberapa detik kemudian, tangan Teza berusaha menyingkap selimut yang menaungi seluruh tubuh gadis itu, tetapi tangan Karel mencengkeram kuat setiap ujungnya sehingga membuat Teza kesulitan. Teza mendesah, melihat Karel tak berniat sama sekali menampakkan wajah.

“Aku udah selesai. Kamu mandi sana.”

Tidak ada pergerakan dari tubuh Karel, tapi gadis itu menyahut. “Iya, tapi Kak Teza keluar kamar dulu.”

“Kan belum pake baju?”

Di balik selimut, lagi-lagi wajah Karel merah-padam. Tubuhnya mendadak terasa gerah. Karel mau menyalahkan selimutnya, tapi ia tahu betul, sesungguhnya bukan itu alasannya.

“KENAPA NGGAK PAKE BAJU DI KAMAR MANDI??” seru Karel frustrasi.

Teza terkekeh medengar kepanikan dalam suara istrinya. “Habis kamu buru-buru. Udah, sana mandi. Aku mau pake baju.” Teza menunggu, menanti Karel beranjak dari kasur, namun tak kunjung kejadian. Ketika kesabarannya mulai habis, Teza kemudian menghela napas.

“Sayang, cepet mandi sebelum aku lepas handuk.”

Ancaman Teza ampuh membuat Karel bukan hanya sekadar menggerakan tubuh, tetapi bahkan melompat dari kasur lalu berlari terbirit-birit ke kamar mandi sambil menyeret selimut bersamanya. Teza menatap Karel terheran-heran.

“KAREL KENAPA SELIMUTNYA DIBAWA??”

— tbc.

--

--

No responses yet