[Ready, Set, Love!] — Mimaw Karel

soljaecruise
3 min readDec 20, 2024

--

Pukul delapan malam. Teza baru saja pulang sehabis rekaman. Itupun dia minta pulang lebih cepat karena tak tega meninggalkan Karel terlalu lama. Kalau bukan karena deadline peluncuran album baru, Teza pun ogah pergi keluar rumah meninggalkan istrinya sendiri mengurus Carmen yang baru saja genap berusia dua bulan.

Meskipun dibantu oleh seorang babysitter, Karel tetap lebih banyak mengurus keperluan Carmen sendiri — yang tak jarang membuat Karel stres. Ia memang kerepotan, tapi tetap tak rela kalau Carmen lebih sering menempel dengan Mbak Nana, sang babysitter yang ia pekerjakan, ketimbang dirinya sendiri.

Sejak menjadi ibu, Karel juga belajar banyak mengurus keperluan bayi — membersihkan kotoran, mengganti popok, sampai memandikan Carmen, semua Karel coba kerjakan sendiri selagi ia bisa. Bunda Ina memang datang setiap hari untuk mendampingi Karel. Namun, pada malam hari, semua urusan mengurus Carmen lebih banyak Karel tangani sendiri dengan bantuan Teza. Sama seperti sang istri, meski kadang sibuk bekerja, Teza tetap ingin memiliki andil mengurus putri pertama mereka.

Malam ini, meskipun sedikit lelah, Teza tetap pulang dengan wajah semringah. Sudah kangen dengan istri dan anaknya, padahal hanya ditinggal beberapa jam saja. Waktu Teza masuk kamar, dilihatnya Karel sedang menangis. Jelas Teza terkejut. Tubuhnya terpaku berdiri di depan pintu sambil melihat Karel yang sedang menggendong Carmen, berusaha memberikan ASI secara langsung, namun sepertinya Carmen sedang rewel dan tak mau menyusu.

“HUHUHU… Ayo, Nak, neyney dulu….” Karel tetap berusaha menyusui Carmen sementara bibir sang anak tetap saja terus-terusan menolak. Tangisan Karel beradu dengan tangisan Carmen, menciptakan suasana riuh yang memenuhi kamar.

Teza merinigis prihatin. Ia lantas segera menghampiri sang istri yang kini menatapnya nanar.

“Kayang… neyney aku nggak laku. Carmen nggak mau neyney… Padahal aku udah tahan-tahan sakit supaya anak aku bisa nyusu hueng… Ayo, Nak. Nanti Neyney kamu direbut Kayang Pipaw huhuhu….”

Teza buru-buru mengelus punggung Karel. “Sayang… udah kamu istirahat aja, ya. Sini, Carmen aku yang susuin pakai botol.”

“Huhuhu… neyney aku nggak laku huhuhu….”

“Nggak gitu, sayang… Carmen lagi rewel aja. Udah ya, sini Carmen biar aku yang gendong.”

“Nggak boleh… Kayang Pipaw kotor, belum mandi huhu…”

“Iya, ini aku mandi, habis itu gantian kamu istirahat aja, ya. Besok kan aku libur. Carmen aku aja yang boboin.”

Dengan kondisi masih sesenggukkan, Karek mengangguk. Ia akhirnya bisa terlelap sebentar setelah Teza membersihkan diri dan mengambil alih tugas menjaga Carmen. Dengan sabar — dan terkantuk-kantuk — Teza menimang-nimang Carmen penuh kasih sayang. Melihat bocah itu terlelap damai dalam gendongannya membuat hati Teza tentram, merasa bangga karena ia telah melaksanakan tugasnya sebagai seorang ayah.

Perlahan, Teza meletakkan Carmen di ranjang tidurnya sendiri, persis di sebelah kasur Teza dan Karel. Tepat pukul dua belas malam, Teza baru bisa menyusul berbaring di sebelah sang istri yang sudah lebih dulu bertualang ke alam mimpi. Sebelum ikut memejamkan mata, Teza memeluk tubuh Karel dari belakang sambil megecup pipi istrinya berkali-kali.

“Makasih banyak, Mimaw. I love you.”

— tbc

--

--

No responses yet