[Ready, Set, Love!] — Momen
Suasana kafe tampak riuh ketika Teza masuk. Orang-orang terpaku menatap titik sorotan lampu. Sebagian turut bernyanyi, sebagian lagi hanyut menikmati. Di sudut kafe, tempat paling terang dalam ruangan itu, Teza menemukan Karel duduk di depan piano digital. Tangannya lincah menari di sana, memainkan alunan melodi, mengiringi nyanyiannya yang merdu.
Mata Karel terpejam, seolah-olah dirinya menyanyi seorang diri di ruangan sepi, bukan di tengah kafe yang disesaki nyaris seratus pengunjung malam ini. Ia tidak membawakan lagunya. Karel menyanyikan lagu yang beberapa hari ini sering ia dengar. Meski tipe suaranya sangat jauh dengan sang penyanyi asli, Karel berhasil membawakan lagu itu dengan baik. Orang-orang menikmatinya. Orang-orang bisa merasakan rasa sakit yang Karel sampaikan dalam lagu itu.
Everyone says I look happy
When it feels right
I know that you’re wrong for me
Gonna wish we never met on the day I leave
I brought you down to your knees
’Cause they say that misery loves company
It’s not your fault I ruin everything
And it’s not your fault I can’t be what you need
Baby, angels like you can’t fly down hell with me
I’m everything they said I would be
Karel membuka mata ketika nyanyiannya memasuki verse kedua. Di sana lah ia menemukan Teza, berdiri di dekat pintu, menatapnya lekat. Tubuh besar pria itu menghalangi jalan masuk. Orang-orang menegurnya dan mengeluh, tetapi Teza abai. Kakinya tidak bisa beranjak, kepalanya tak bisa menoleh ke manapun selain ke arah Karel. Selama beberapa detik, mereka bertatapan.
Selagi Karel memberi nyawa dalam lagunya, memberikan dinamika naik-turun, pelan dan keras di beberapa bagian, ia mulai bisa merasakan kembali segala emosi campur aduk tentang sosok Teza Arkana. Sang Idola, megabintang, aktor paling dipuja, yang berakhir menjadi tunangannya. Orang pasti berpikir, nasib Teza sungguh sial mendapatkan pasangan seperti Karel. Karel pun berpikir demikian.
Namun ketika mata mereka bertemu tadi, Karel merasa seakan di dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua. Karel tidak lagi menatap Teza Arkana sebagai bintang yang sulit digapai, tetapi sebagai tunangannya, sosok yang selama beberapa minggu belakangan ada di dekat Karel.
Nyanyian Karel terdengar semakin kencang mendekati bagian akhir, tekanan-tekanan kuat pada tuts piano membuat jari-jari Karel sakit. Ini adalah lagu terakhir yang akan Karel bawakan malam ini. Karena setelahnya, setelah melihat kehadiran Teza, Karel tidak yakin ia masih sanggup bernyanyi.
Angels like you can’t fly down hell with me…
Musik berhenti. Lampu-lampu di setiap penjuru ruangan kembali menyala. Mata Karel menyipit tak siap menerima banyaknya cahaya yang masuk. Tubuhnya bergetar hebat waktu orang-orang bertepuk tangan untuknya. Karel membungkuk sebelum turun dari panggung.
Semua orang kini bisa melihat dengan jelas. Semua orang mulai bisa mengenali sosok Teza Arkana yang memblokir jalan menuju pintu keluar. Dengan instan, Teza mendapatkan perhatian hampir seluruh pengunjung. Para remaja yang datang kini mulai mengerubungi Teza.
Saat itulah lelaki itu menyadari, kesempatannya untuk berbicara dengan Karel hilang.
— tbc.