[Ready, Set, Love!] — The Bride and The Groom

soljaecruise
9 min readDec 14, 2024

--

Kalau bukan karena ide Ian, Teza pasti sudah melayangkan caci maki kepada siapapun orang yang mengusulkan bahwa “calon pengantin” Teza dan Karel harus dipingit 2 malam sebelum resepsi pernikahan. Ide yang dirasa Teza sangat — amat sangat — konyol mengingat mereka sebenarnya sudah menikah dan bahkan… sudah berhubungan layaknya suami istri berkali-kali. Tanpa perlu dipingit pun, Teza memang sudah “puasa” selama enam bulan ini. Dia ingin acara resepsi pernikahan ini terasa seperti pernikahan sesungguhnya, termasuk bagian “malam pertama pengantin” yang seharusnya jadi momen spesial.

Tetapi, memingit — tak boleh bertatap muka sekalipun — selama tiga hari dua malam dirasanya keterlaluan. Masa ia nggak boleh mengobrol langsung dengan istrinya sendiri? Pikir Teza kesal. Mereka bahkan dipisahkan sejak dijemput di bandara (Jangan tanya betapa murkanya Teza waktu tahu pada awalnya ia dan Karel akan mulai dipingit sejak tiba di Jakarta). Di bandara Bali, Karel dan Teza juga sengaja disiapkan dua mobil berbeda menuju hotel. Ide siapa lagi semua ini kalau bukan kehendak Yang Mulia Ian?

Agaknya, Ian sama merasa bersalahnya dengan Teza. Ia ingin pesta pernikahan kali ini dilaksanakan dengan semestinya, untuk mengganti momen akad pernikahan “seadanya” yang dilaksanakan di rumah sakit karena urgensi kala itu. Melihat hubungan Teza dan Karel yang terlanjur lengket, menurut Ian, ada baiknya kedua anak-anaknya itu dipisahkan sementara agar momen-momen mendebarkan menyambut hari pernikahan terasa kembali.

Tidak ada yang berani melawan titah Rahardian Arkana. Teza pun hanya bungkam, meski dalam hati dongkol berat. Jangan kira dia menyerah. Selama di hotel, sebenarnya dia sempat curi-curi kesempatan untuk menemui Karel. Sayangnya, semua orang — Dodo, Bunda Ina, Dion, Tora, Adel, Sasha, Tiara dan seluruh anggota The Phantom — sepertinya saling bekerja sama untuk melancarkan misi “pingitan” ini.

Karel tidak dibiarkan tidur sendiri. Kamarnya sengaja disatukan dengan Bunda Ina agar Teza merasa segan kalau tiba-tiba ingin menyelinap masuk. Keduanya juga disiapkan agenda masing-masing. Dari mulai sarapan di jam berbeda — Dodo dan Bunda Ina bekerja sama memastikan Teza dan Karel tidak berpapasan saat sarapan di hotel, mengunjungi tempat-tempat wisata yang letaknya berjauhan, juga memberikan aktivitas yang cukup padat untuk Karel dari siang ke sore hari sehingga malamnya Karel akan tidur lebih cepat. Benar-benar penjagaan yang ketat dari musang bernama Teza. Semuanya seakan sudah diantisipasi sehingga tidak ada celah bagi Teza untuk menemui istrinya. Hingga skhirnya, Teza menyerah.

Di hari ketiga, hari terakhir dipingit, Teza sudah menerima kalau ia memang hanya bisa menghubungi Karel lewat pesan-pesan singkat. Itupun jarang dibalas karena sepertinya Karel sangat menikmati liburannya di sini dengan para sepupu, Adel, dan juga Sasha. Teza sampai uring-uringan karena pesannya lama dibalas, namun mengomel pun tak berani. Ia tak mau merusak momen pernikahan yang bahagia ini dengan bertengkar bersama istrinya.

Malam ini, malam sebelum hari pernikahan, tampak jelas perbedaan dari kegiatan calon pengantin Teza dan Karel. Di kala personel The Phantom yang lain berikut Dodo dan Samuel asyik bermain kartu di tepi pantai, Teza berkali-kali mengembuskan napas lesu. Matanya tak lepas dari layar ponsel, menatap pesan yang ia kirimkan kepada Karel tak kunjung dibalas sejak sore. Mario yang sedari tadi sudah kesal karena Teza tak mau ikut bermain karena uring-uringan akhirnya menyambar ponsel Teza dan mengantonginya.

“Balikin hp gue,” pinta Teza tegas sambil berusaha menjaga nada suaranya tetap rendah.

Mario tak peduli. Ia pura-pura tak mendengar dan melanjutkan gilirannya bermain. Ia tak peduli Teza berdecak lalu bersandar frustrasi di kursinya sambil mengusap wajah.

“Ikutan main aja sih daripada mantengin hp terus kayak orang gabut. Istri lu ada, gak ke mana-mana. Besok juga udah ketemu. Kayak nggak pernah LDM aja…,” omel Mario kesal ketika diliriknya wajah Teza cemberut seperti bocah berusia lima tahun.

Mendengar kalimat Mario, Jojo, Tian, Dodo, dan Samuel ikutan menahan tawa. Tak mau jadi sasaran amukan Teza. Hanya Mario yang punya keberanian sebesar itu karena memang ia telah lama bersahabat dengan Teza.

“Balikin, Mar. Kalo Karel bales — ”

“Kalo Karel bales baru gue balikin hp lo,” sela Mario tegas. “Sekarang main.” Mario membagikan beberapa lembar kartu untuk Teza yang diterima dengan ogah-ogahan. Namun, pada akhirnya, Teza bisa sejenak melupakan keresahannya dan ikut terbawa dalam keseruan permainan malam itu.

Berbanding terbalik dengan Teza yang uring-uringan, Karel menikmati waktu berkendara menikmati suasana Bali di malam hari bersama Tora, Dion, Adel, Tiara, dan Sasha selepas makan malam — Bunda Ina tidak ikut karena harus memastikan persiapan pesta pernikahan dengan pihak WO dan hotel bersama Ian.

Karel tak risau waktu tahu ponselnya tertinggal di kamar. Toh, dirasanya tadi siang ia sudah mengirimkan pesan kepada Teza, mengatakan kalau ia akan pergi jalan-jalan malam ini. Tak tahu saja Karel suaminya blingsatan sejak sore karena Karel tak bisa dihubungi. Pikiran akan Teza yang duduk lesu tak bernyawa di tepi pantai sambil bermain kartu tak melintas sama sekali di kepala Karel. Ia justru menikmati waktu mengobrol panjang lebar dengan para sepupu dan teman-temannya.

Karel sengaja memajukan tubuh, menyempil di antara Dion dan Tora yang duduk di depan — Tora mengemudi, Dion yang mengarahkan jalan. Ia ingin melihat pemandangan di depan dengan lebih jelas. Lalu, tiba-tiba saja, Dion menceletuk,

“Udah ada rencana punya anak belum?”

Karel refleks menoleh ke kiri. Kedua alisnya terangkat. “Bang Dion pertanyaannya kayak wartawan aja deh.”

Tora ikutan menimpali dengan sewot. “Tau. Orang adeknya masih muda.”

Para gadis lain yang juga duduk berhimpitan di kursi tengah cekikikan.

“Mau punya anaknya nanti, habis aku lulus kuliah. Tapi udah tau mau dikasih nama siapa,” tambah Karel.

“Siapa?” Sasha penasaran.

“Carmen.”

“Cowok apa cewek?” todong Dion.

“Cewek.”

“Tau dari mana? Kalau ternyata cowok gimana?” timpal Dion seraya menggeleng-gelengkan kepala, meragukan rasa percaya diri Karel. Ia menunggu sejenak, selagi adik sepupunya berpikir.

“Cewek kok!” seru Karel seraya menganggut-anggut yakin. “Aku udah mimpi berkali-kali.”

“Kok bisa?” sahut Adel.

“Jangan-jangan udah hamil?” Dion otomatis menoleh, tak lama mulutnya dibekap oleh Tiara. “Sembarangan aja kamu kalo ngomong!”

“Lah, orang udah nikah?” ujar Dion tak terima disalahkan.

“Nggak apa-apa kalau cowok juga, mau aku kasih nama Tedi.” Karel terkekeh sendirian sementara para penumpang mobil yang lain terdiam sambil melempar pandangan ke arah lain. Tak ada yang berani menertawakan Karel meskipun, dirasa mereka, nama Carmen dan Tedi sangatlah jomplang, bagaikan langit dan bumi.

Menyudahi obrolan absurd malam itu, akhirnya Karel dipulangkan kembali ke kamar. Ia diminta segera istirahat untuk menjaga kondisi tubuhnya tetap baik di hari pernikahan esok.

Di kamar, Karel tak langsung terlelap. Setelah mandi, ia sempat membaca pesan kiriman Teza.

Selamat tidur, calon istriku. See you tomorrow ;)

Karel mengetikkan pesan balasan penuh tekanan. ISTRI! Good night SUAMIKU!

Good night, Kyutipaw ❤

Teza Arkana terpaku. Seluruh tubuhnya benar-benar tak bisa merespons perintah apapun ketika pada akhirnya ia bisa melihat Karel kembali. Perempuan itu — istrinya — luar biasa cantik dalam balutan gaun putih tanpa lengan dan mengembang sempurna di bagian bawahnya. Karel tampak seperti tuan putri di cerita-cerita negeri dongeng. Bunda Ina bahkan sampai menangis terharu begitu Karel selesai didandani.

Penampilan Karel sungguh jauh berbeda dengan penampilannya saat akad nikah dulu. Kali ini, Karel bisa mengambil foto pernikahan yang bagus sepuasnya, karena kedua pengantin tampak luar biasa bersinar dalam balutan pakaian serbaputih. Karel dengan gaunnya, sementara Teza dengan setelan jas putih senada dengan gaun Karel.

Ketika akhirnya Karel berdiri di sisinya sambil membawa buket bunga lili putih, kesadaran Teza kembali. Karel melingkarkan lengannya di lengan Teza sambil tersenyum girang.

“Kayang ganteng banget,” pujinya spontan, tanpa ragu-ragu.

Teza balas menepuk tangan Karel yang menempel erat di lengannya. “Kamu juga, cantik banget. Biasanya udah cantik, sekarang seribu kali lebih cantik. Aku sampe pangling,” ucap Teza setengah sadar dan keterusan di depan para kru WO dan juga Inara. Orang-orang yang berada di sekitar pengantin pun ikut cekikikan sementara Karel sendiri yang dipuji hanya tersenyum salah tingkah.

Kini Teza dan Karel bersiap berjalan membelah tumpukan mawar putih yang disebar sepanjang karpet merah menuju pelaminan. Para tamu undangan yang sudah duduk dengan rapi menunggu tak sabar. Dodo kalau boleh jujur, sudah nangis bombay duluan di sebelah BJ. Maklum, ia tahu betapa besar perjuangan hubungan Teza dan Karel selama ini.

Musik mulai mengalun kala Teza dan Karel melangkah bersamaan. Langkah keduanya seiring, seritme — pelan dan terukur. Karel dan Teza menikmati waktu dan momen mereka sendiri sambil berbagi senyum kebahagiaan bersama para tamu undangan.

Wise men say, only fools, only fools rush in…

but I can’t help falling in love with you…

Shall I stay? Would it be a sin?

If I can’t help falling in love with you…

Like a river flows surely to the sea…

Darling, so it goes…

Some things, are meant to be…

Take my hand, take my whole life too…

For I can’t help falling in love with you…

Seluruh tamu berdiri, menyambut kehadiran pengantin dengan khidmat di bawah sinar mentari yang tak terlalu terik bercampur dengan suara samar deburan ombak yang menyatu dengan lagu pengantar. Karel melambai kepada Dion, Tora, Adel, Sasha, dan juga Bunda Ina yang kini menatap ia dan Teza penuh haru. Karel tersenyum lebar menatap bridesmaids-nya — Bunda Ina, Sasha, Adel, Tiara, serta tiga buah robot yang menampilkan wajah para penggemarnya secara bergantian dan nyaris membuat Karel terkikik — berdiri sejajar mengenakan gaun satin biru gelap, serasi dengan jas para best man yang terdiri dari anggota The Phantom, Dodo, dan juga Samuel.

Mendekati area pelaminan, Teza bisa melihat Ian Arkana melambaikan tangan dengan heboh sambil sesekali menyeka air mata dengan sapu tangan putih dari saku jasnya.

Teza tertawa penuh haru melihat ayahnya menangis. Bersyukur, kalau dulu ia tidak menuruti permintaan Ian, hari bahagia ini belum tentu terjadi.

Ia bersyukur menerima Karel sebagai tunangannya. Pun sebaliknya, Karel bersyukur ia mengambil langkah berani dengan memutuskan nikah muda. Meski hidup terpisah cukup lama dengan sang suami, Karel merasa situasinya jauh lebih baik dibanding ketika ia tinggal sendirian di rumah besar peninggalan orang tuanya hanya bersama Tedi dan para ART. Ia bersyukur memiliki Teza yang meski jauh, namun tetap selalu berusaha untuk hadir dan mengusahakan semua yang terbaik yang pria itu bisa untuk Karel.

Teza dan Karel berbalik tepat sebelum menaiki pelaminan. Keduanya melambai sekali lagi kepada para tamu undangan yang hadir sebelum dipersilakan oleh MC untuk melakukan wedding kiss.

Seluruh penonton otomatis berteriak riuh. Terutama, para penggemar Karel dan Teza yang menjadi bridesmaids secara daring.

Ini mungkin bukan ciuman pertama bagi keduanya, tetapi jelas akan jadi ciuman paling berkesan seumur hidup dan melambangkan janji sepasang manusia untuk saling menjaga dan menyayangi hingga akhir hayat.

Perlahan tangan Teza merengkuh pipi Karel dengan lembut. Senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya kini makin mengembang. Jantung Teza berdegup kencang mendadak, masih saja terpesona dan tak siap mendapat sengatan listrik melihat Karel secantik ini pada hari pernikahan mereka.

Samar-samar, bayangan momen akad nikah mereka yang suram melintas di kepala Teza. Tidak seperti hari itu, kini Teza akan menatap Karel seharian, tidak akan meninggalkan istrinya barang sedetik pun, akan selalu menemani dan bersama Karel ke manapun mulai hari itu. Itu janjinya kepada diri sendiri.

Kepala Teza mulai bergerak maju diiringi jeritan kecil para tamu undangan yang ikut heboh. Ketika bibir Teza dan Karel menyatu dengan lembut, para tamu bertepuk tangan riuh, menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Teza dan Karel saling mengekspresikan perasaan satu sama lain dengan sepenuh hati, selayaknya insan yang sedang kasmaran sampai lupa dengan dunia di sekitar mereka.

Teza memberikan kecupan sekali lagi di bibir Karel sebelum melepaskan bibirnya dari bibir sang istri. Namun sepertinya, meski MC sudah memberi isyarat untuk menginterupsi, Karel masih belum rela momen itu berakhir. Dengan berani, ia menarik kembali kepala Teza mendekat dan mengecup bibir Teza dalam-dalam sekuat tenaga hingga membuat para tamu terkesiap dan memekik heboh.

“KAREL OMAIGAT!”

Sasha menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangan, sementara Inara, Dion, Tora, dan para anggota keluarga yang lain hanya bisa menutupi wajah mereka, menahan senyum malu di wajah masing-masing.

Siapa sangka seorang Karelia Agni, di balik tubuh mungilnya, punya keberanian sebesar itu?

Karel terkekeh ketika akhirnya ia merelakan kepala Teza menjauh kembali, menatapnya dengan senyum tersipu. Ia menghapus sisa lipstick-nya di bibir Teza sebelum berteriak kencang.

“I LOVE YOU KAYANG HUSBANDO!”

Teza terbahak sebelum merengkuh tubuh sang istri ke dalam pelukannya dan membalas pernyataan cinta Karel sama hebohnya.

“I LOVE YOU KYUTIPAW!”

Teza memutar-mutar tubuh Karel dengan heboh diiringi tawa, tangis bahagia, perasaan terharu, juga ramai riuh sorak-sorai dari para tamu undangan.

“WOI BUCIN!” Teriak Dion dari tempatnya.

“BAHAGIA TERUS YA KAREL SAMA KAK TEZA!” sambar Sasha.

Mario, yang meski mencemooh, “Dasar pasangan frik” tetap bertepuk tangan sambil ikut tertawa bahagia.

Hari itu, bukan hanya sang pengantin, tetapi seluruh keluarga, teman, sahabat, kerabat, dan para penggemar ikut berbahagia. Pernikahan Teza dan Karel menjadi berkah bagi orang-orang yang telah lama menantikan dan senantiasa mendoakan kebahagiaan bagi keduanya.

Semoga keduanya akan menjadi pelengkap bagi satu sama lain, menjadi bulan dan bintang yang saling menyinari, yin dan yang, air dan api, Tom and Jerry, yang selalu bersama dalam suka dan duka, saling menyayangi dan tumbuh bersama hingga keturunan-keturunan mereka lahir.

--

--

No responses yet